Wilujeng Sumping^^

Selamat datang di sini, silahkan menikmati hidangan yang ada. Alakadarnya saja ya..
Ga usah terlalu serius lah:)

Selasa, 13 Juli 2010

Analisis SOSTAC Terhadap Bank Muamalat Syariah

Analisis SOSTAC Terhadap Bank Muamalat Indonesia.

Latar Belakang

Dalam satu dasawarsa ini, pertumbuhan bank syariah di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Melihat betapa ekspansifnya bank-bank syariah dalam membuka cabangnya di seluruh pelosok daerah. Bank Syariah Mandiri adalah salah satu contoh yang menapaki pertumbuhan pesat ini. Lahir sebagai follower, kini berubah menjadi kompetitor yang potensial bagi Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang notabene merupakan market leader dalam dunia perbankan syariah di Indonesia. Atas dasar dikeluarkannya fatwa haram untuk bunga oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), sedikit banyak tentu saja turut memberi kontribusi pada percepatan pertumbuhan bank syariah di masa yang akan datang. Namun bila tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi bumerang dan menyerang balik bila perusahaan belum memiliki kapasitas yang memadai untuk melayani pasarnya dengan cara yang memuaskan. Pengkajian yang menyeluruh untuk melihat peluang-peluang apa saja yang dapat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja bisnis yang ada.

Meski telah tumbuh, rasio pertumbuhannya dirasa masih sangat kecil jika dibandingkan dengan total pasar perbankan yang ada di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang telah diterbitkan BI pada Februari 2007, bank syariah telah memiliki aset sebesar Rp 28,45 triliun atau dengan market share 1,63 %. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan nasional pun mengambil langkah-langkah akselerasi perbankan syariah dengan mematok target 5% market share dikuasai oleh perbankan syariah pada akhir tahun 2008. Adapun Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai pemain utama perbankan syariah, turut menjadi penentu bagi tercapainya target jangka pendek tersebut. Namun, mengingat akhir tahun 2010 tinggal enam bulan lagi, maka target tersebut rasanya sangat sulit untuk dicapai. Terlebih, kondisi perekonomian global sedang menampakkan kelesuan yang teramat sangat, bahkan negara-negara pasar utama Indonesia menunjukkan perlambatan perekonomian.

Oleh karenanya dalam makalah ini, penulis akan coba menganalisa Bank Muamalat Indonesia yang seperti telah disebut diawal adalah market leader dalam dunia perbankan syariah di Indonesia, terlebih lagi pada februari 2010 lalu, BMI masuk dalam top brand dalam katagori Bank syariah.

Penulis akan memakai analisis SOSTAC untuk menggali sejauh mana BMI dapat mempertahankan posisinya sebagai market leader dan Top Brand, karena kita tahu pesaing terberatnya, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM) terus menempel ketat di belakang. Selain itu lewat analisis SOSTAC pula kita akan mengetahui bagaimana strategi komunikasi pemasaran BMI untuk bertahan ditengah dunia perbankan syariah di Indonesia.

Pembahasan
Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Bank Muamalat Indonesia

B. Analisis SOSTAC

Langkah 1 : Situation

Dunia perbankan di Indonesia semenjak satu dasawarsa terakhir diramaikan dengan pemain baru, yakni industri perbankan syariah. Pada tahun 1991, Bank Muamalat Indonesia berdiri pertama kalinya sebagai Bank Syariah. Sebagai Market Leader, BMI terus memimpin pasar perbankan syariah, dengan slogan “Pertama dan Murni Syariah” BMI berhasil menarik minat konsumen dengan baik. Ditambah dengan strateginya menggandeng PT.Pos Indonesia dalam bentuk penjualan Paket Tabungan Share-e ditiap kantor cabang PT.Pos Indonesia semakin memudahkan calon nasabah yang ingin membuka account atau tabungan di BMI, karena Kantor Pos dapat ditemukan sampai tingkat kecamatan diseluruh Indonesia. Tidak hanya di perkotaan, tapi juga di pelosok daerah. Saat ini BMI telah memiliki 261 outlet. Layanan BMI juga dapat dengan mudah diakses nasabah di daerah-daerah terpencil karena bank ini telah beraliansi dengan lebih dari 3.800 kantor pos online dengan menggunakan system online payment point (SOPP).

Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004. Bahkan dalam laporan tahunan 2007, BMI membukukan total aset Rp 10,57 triliun dan laba bersih sekitar Rp 145 milyar. Artinya, respective 2007, BMI menguasai sekitar 37,15% market share perbankan syariah atau 0,61% market share perbankan nasional.
Dalam 10 tahun terakhir, BMI juga memperoleh tidak kurang dari 52 penghargaan, diantaranya adalah BMI as The Best Of Indonesian Bank Loyalty Champion, Category Sharia Banking pada IBLA 2009, Indonesia Bank Loyalty Award, pada Banking Efficiency Award 2009 dari Bisnis Indonesia, Best Islamic Finance House In Indonesia dari Alpha Southeast Asia Awards, BMI Best Performance Bank Kategori Bank Umum Syariah & UUS dari ABFI Banking Award 2009, Peringkat Sangat Bagus Atas Kinerja Keuangan 2004-2008 dari Info Bank Golden Trophy 2009, The Best Of "Indonesian Bank Loyalty Champion", Category Saving Account, Islamic Banking dari Indonesia Bank Loyalty Award (IBLA) 2010, Best Islamic Bank in Indonesia dari Islamic Finance News Award 2009. Oleh karenanya, tidak aneh jika pada februari 2010, BMI meraih Superbrand yang ketiga kalinya sejak 2004.

Kompetitor terdekat BMI adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) anak perusahaan dari Bank Mandiri ini terus menempel ketat BMI, BMI bergantian dengan BNI syariah menduduki posisi runner up dalam kompetisi perbankan syariah dari tahun ke tahunnya. Kompetisi yang serius tampaknya memang tengah dilewati tiga bank syariah besar, yaitu BMI, BSM, dan BNI Syariah. Dilihat dari sisi tabungan, BMI telah menjadi penguasa terbesar dengan pangsa 42,28% dari total tabungan bank syariah. Penguasa pasar tabungan bank syariah terbesar kedua dipegang BSM dengan pangsa 29,14%. Sementara, BNI Syariah hanya menguasai 9,54% dari total tabungan bank syariah saat ini.
Memasuki pertengahan tahun ini, perebutan dana di perbankan syariah diramalkan oleh banyak pengamat perbankan syariah kian tajam. Nasabah pencari margin dari tabungan yang makin paham bahwa bagi hasil di bank syariah lebih menjanjikan ketika suku bunga rendah, akan kembali mengincar bank syariah untuk menempatkan dananya.
Dari hasil pengamatan penulis, berikut adalah bagan analisis SWOT kondisi Bank Muamalat Indonesia

Stength:
• Visi dan budaya organisasi BMI
• Citra BMI (pertama, terbesar, termurni, terbaik)
• Mekanisme bisnis dan produk bank syariah
• Aliansi strategis penunjang layanan produk (PT.Pos, BCA)

Weakness
• Sumber daya insani (SDI) yang belum memadai
• Rasio kecukupan modal (CAR)
• Minimnya pendampingan PT. Pos


Opportunity
• Keingintahuan masyarakat
• Ghiroh KeIslaman semenjak War of terorism
• Ghiroh BI mengembangkan bank syariah
• Krisis global karena sistem ribawi dan ghoror
• Kerja sama lembaga keuangan luar negeri
• Minat investor asing Muslim

Threat
• Pemahaman masyarakat atas bank syariah yang kurang
• Minat masyarakat atas produk bank syariah yang masih rendah
• Follow up inovasi produk bank syariah


Langkah 2 : Objectivitives

1. Membangun kesadaran masyarakat (muslim khususnya) untuk beralih ke Bank Syariah.
2. Mengubah kesadaran awereness, attention hingga desire terhadap bank syariah hanya kepada Bank Muamalat Indonesia.

Langkah 3: Strategy

Citra (image) BMI sebagai bank syariah yang pertama di Indonesia, terbesar market share-nya, termurni sumber dan mekanismenya, serta terbaik perlakuannya adalah kekuatan kedua yang dapat diberdayakan BMI. Citra baik BMI ini harus dieksploitasi dalam berbagai kesempatan, terutama ketika memasarkan kepada nasabah. Sebab, setiap yang pertama, biasanya lebih tahu apa yang dilakukan dan apa yang merintangi. Setiap yang terbesar, biasanya lebih memiliki kekuatan untuk menghindarkan diri dari potensi kerusakan internal dan eksternal. Setiap sumber dan mekanisme yang murni, selalu memberikan hasil yang insya Alloh murni pula. Pada akhirnya, tertanamlah citra dan harapan bahwa setiap Muslim yang berusaha dan berbisnis selalu berusaha memberikan perlakuan yang terbaik kepada mitranya, karena begitulah Islam mengajarkan.

Pull strategy

1. Sosialisasi dan edukasi perbankan syariah. Hal ini dapat dilakukan secara mandiri ataupun dengan fasilitator BI bekerja sama dengan berbagai lembaga keuangan syariah lain, kalangan ulama, dan pemangku kepentingan umat Islam. Tetapi dalam kerangka kerja sama, BMI harus bisa memposisikan dirinya sebagai inisiator agar ketika sosialisasi dan edukasi dilakukan, bersama itu pula pasar juga ikut terjaring.
2. Pemasaran yang intensif dengan cara jemput bola, dengan cara pendampingan pada tiap kantor pos, ditiap kantor pos tersebut ditempatkan tim marketing BMI yang benar-benar memiliki product knowledge yang baik, karena seringkali ditemukan bahwa petugas kantor pos seringkali tidak tahu apa-apa tentang layanan dan produk BMI.
3. Memperkuat program-program sosial seperti CSR, ZIS, Wakaf, dan hibah.
4. Menggencarkan pemasaran lewat media, baik cetak maupun elektronik. Hal ini dilakukan untuk menaikan citra, memepertahankan reputasi dan positioning.


Push strategy

Minat masyarakat terhadap produk bank syariah dapat diperkuat dengan melakukan inovasi produk yang sudah ada (ekstensifikasi produk) atau mengembangkan produk yang lebih baru (diversifikasi produk), serta penguatan strategi marketing yang sudah ada (intensifikasi produk). Hal ini dapat dilakukan dengan menguatkan divisi pengembangan produk dan melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan Islam, terutama yang lebih berpengalaman (e.g. BMT, IRTI). Bersama dengan itu, sumber daya insani BMI menjadi sorotan penting untuk menunjang keberhasilan marketing dan inovasi.


Langkah 4 : Tactics

Beberapa tools yang dapat dijadikan alat promosi BMI adalah sebagai berikut
• Membuat program pemberdayaan masyarakat pedesaan, karena inilah yang belum tergarap oleh bank syariah lain, padahal pangsa pasar yang bisa didapat cukup besar.
• Melakukan penetrasi pasar ke kalangan eksekutif dan pengusaha, dengan memberikan citra elegan dan terpercaya.
• Mengkampanyekan program-program sosial (seperti umroh gratis, beasiswa, santunan anak yatim dll) lewat media elektronik, Karena media elektronik (e.g TV nasional) terbukti cukup efektif sebagai sarana kampanye.
• Pendirian “Gerai Muamalat” di remote area tertentu, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah nasabah yang ingin berkonsultasi, menyampaikan komplain dan permasalahan. Karena banyak masalah yang tidak dapat hanya diselesaikan lewat hotline customer service (SalaMuamalat) saja.
• Membuka diri terhadap media, hal ini dapat dilakukan dengan mengubah gaya public relations yang lebih ramah terhadap media, memposisikan media sebagai mitra sehingga akan terjalin hubungan simbiosis mutualisme.
• Memodifikasi gaya/style periklanan menjadi lebih dinamis dan futuristic sesuai dengan target market.



Langkah 5: Actions

• Menyusun action plan yang akan didistribusikan ke seluruh cabang BMI. Action plan ini berfungsi sebagai “kitab suci” yang akan menjadi panduan gerak.
• Membentuk tim marketing yang tangguh, tim ini nantinya akan disebar keseluruh Indonesia untuk melaksanakan action plan yang telah disusun oleh manajemen. Tim ini terdiri dari Sumber Daya Insani BMI sendiri yang telah terbukti baik kinerjanya.
• Membentuk tim promosi yang terdiri dari para praktisi periklanan dan public relations, hal ini dilakukan untuk menangani promosi BMI agar tetap bisa mempertahankan loyalitas nasabah dan membentuk citra serta positioning dimata target market.
• Menampung segala usulan yang keluar dari internal, sehingga diinternal BMI akan terjadi dinamisasi yang akan memberikan feedback kepada BMI itu sendiri.



Langkah 6: Control

Berdasarkan analisis SOSTAC dibuatlah strategi umum maksimalisasi kekuatan dan pemanfaatan peluang untuk mengatasi kelemahan dan menghadapi tantangan. Analisis dan strategi tersebut menuntut dilaksanakannya beberapa paket program. Antara lain: sosialisasi dalam dan luar negeri, edukasi, rekrutmen, pelatihan, penguatan dan perbaikan strategi marketing, intensifikasi-ekstensifikasi-diversifikasi produk, retool program hadiah dan program sosial, kerja sama riset produk dengan pihak asing, permodalan asing, pendampingan PT. Pos dan perluasan jumlah Gerai Muamalat yang efektif, serta penguatan dan rekonfigurasi aliansi yang sudah ada.
Hal-hal diatas dapat dikontrol dengan beberapa indikator, diantaranya adalah peningkatan Assets, Finacial Facilities, Thrid Party Fund, Equity, dan Net Profit. Melalui indikator-indikator tersebutlah kita akan dapat mengontrol kesuksesan program yang telah disusun. Selain itu juga dapat dilakukan monitoring media massa, hal ini berguna untuk mengukur sejauh mana BMI berhasil mempengaruhi opini publik.


Penutup

Demikianlah analisis SOSTAC ini penulis buat, semoga analisis sederhana ini dapat bermanfaat. Karena didalamnya terdapat strategi yang cukup komprehensif tentang strategi komunikasi pemasaran bagi BMI. Sehingga harapannya posisi BMI sebagai pelopor dan market leader tida tergoyahkan. Bagi penulis, Key Factor Succes BMI terletak pada Celestial Management yang ditanamkan menjadi Corporate Culture. Dengan Celestial Management, seluruh stake holder akan menyadari bahwa apapun yang kita perjuangkan hari ini sesungguhnya memiliki konteks yang lebih luas, jangka panjang, yaitu: hidup yang sejati barulah dimulai pada saat nafas terakhir terhembus. Itulah saat ketika kenisbian beranjak menuju keabadian. Inilah yang kemudian bisa menjadi ruh bagi BMI untuk terus melayani umat dengan sepenuh hati, sesuai slogannya “Pertama dan Murni Syariah”.



Bahan Bacaan

BMI. 2008. Goes to War: Laporan Tahunan 2007 (e-book). Jakarta: Bank Muamalat Indonesia.
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. 2007. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia (e-book). Jakarta: Bank Indonesia.
_____. 2007. Kebijakan Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah 2007-2008 (e-book). Jakarta: BI.
_____. 2007. Kodifikasi Produk Perbankan Syariah (e-book). Jakarta: BI.
_____. 2007. Panduan Investasi Perbankan Syariah Indonesia (e-book). Jakarta: Bank Indonesia
Kertajaya, Hermawan dkk. 2006. Marketing Syariah. Bandung: Mizan.

Website:
http://www.muamalatbank.com
http://www.ekonomi.lipi.go.id
http://www.warkopbangzero.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar